SBOBET ASIA

Prediksi Bola & Jadwal Terupdate

Cerita Kopi Cokelat “Ngocok Yuk” yang Dianggap Berkonotasi Masturbasi

2 min read

Cerita Kopi Cokelat “Ngocok Yuk”

LIGAKEMBAR.NET – Cerita kopi cokelatPemilik brand minuman kopi cokelat “Ngocok Yuk”, Winda Faresa tidak menyangka salah satu mobil waralabanya diamankan Satpol PP Padang karena dianggap memakai kata-kata tidak senonoh melanggar norma agama dan budaya di Minang pada Rabu (30/10/2019) lalu.
Padahal,brand “Ngocok Yuk” itu sudah dibuatnya sejak 2017 lalu dan sekarang sudah berkembang pesat. Tercatat ada 75 waralabanya yang tersebar di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jakarta dan Jawa Barat.

“Saya heran, kenapa dibilang melanggar norma agama dan budaya. Kalau pikirannya kotor tentu bisa dikaitkan dengan hal jorok,” kata Winda Faresa yang dihubungi Kompas.com, Jumat (1/11/2019).

Winda sangat menyayangkan adanya waralaba “Ngocok Yuk” yang diamankan Satpol PP karena dianggap berkonotasi masturbasi. Padahal, “Ngocok Yuk” itu kependekan dari Ngopi Cokelat. Supaya kopi dan cokelatnya lebih merata dan enak rasanya, memang harus dikocok sehingga ada lanjutan kata-kata ‘Semakin Dikocok, Semakin Nikmat’.

“Saya heran saja, usaha itu sudah ada sejak 2017 dan baru sekarang diamankan karena dianggap melanggar norma,” ujar Winda.

cerita kopi

Berawal dari tahun 2014

LIGAKEMBAR.NET – Winda menceritakan sebelum membuat brand “Ngocok Yuk”, dirinya sudah memulai usahanya dengan mendirikan sebuah kafe tahun 2014 di Pekanbaru, Riau. Dari usaha kafenya itu, Winda terinspirasi membuat minuman kopi dan cokelat untuk melayani pelanggan pria dan wanita.

“Biasanya kalau pria itu suka kopi dan wanita suka cokelat. Makanya saya terinspirasi menjual kopi dan coklat untuk menyasar pelanggan pria dan wanita,” ujar Winda. Dengan kualitas bahan kopi dan cokelat yang bagus, “Ngocok Yuk”, kata Winda, menjadi booming di Pekanbaru di akhir tahun 2017 lalu.
“Ngocok Yuk” menjadi brand dan memiliki waralaba di sejumlah provinsi.
“Harganya lebih murah dibandingkan dengan harga kopi atau cokelat yang dijual di kafe-kafe. Kami hanya menjual Rp 10.000 hingga Rp 15.000,” kata Winda.

Seiring dengan melejitnya “Ngocok Yuk”, Winda sering mendapatkan undangan berbicara kuliah umum tentang usahanya dan juga mendapatkan penghargaan. Ketika memberikan kuliah umum tahun 2018 lalu di sebuah kampus di Padang, Winda mendapat tawaran dari mahasiswa untuk membuka usaha di Padang.
“Saat kuliah umum di Padang, ada mahasiswa yang menanyakan kenapa tidak dibuka di Padang. Padahal, saya orang Padang,” kata Winda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *