SBOBET ASIA

Prediksi Bola & Jadwal Terupdate

INFOGRAFIS Siapa yang Perlu Cek Corona ke RS

3 min read
INFOGRAFIS Siapa yang Perlu Cek Corona

INFOGRAFIS Siapa yang Perlu Cek Corona

INFOGRAFIS Siapa yang Perlu Cek Corona ke RS

Tumiqq , Jakarta INFOGRAFIS Siapa yang Perlu Cek Corona ke RS Mengalami flu, batuk, demam bukan berarti lantas terpapar virus corona Covid-19. Lalu siapa dan dengan kondisi apakah perlu cek ke rumah sakit?

Berada di tengah pandemi corona di belahan dunia mana pun, menjadikan siapa pun bisa terserang virus ini. Jika pun memiliki imunitas yang baik sehingga tidak terserang, namun tetap bisa menjadi sang pembawa virus dan menularkannya ke orang lain.

BACA JUGA

Di Indonesia per 20 Maret 2020, tercatat 369 orang positif corona, 17 sembuh, dan 32 meninggal dunia. Pemerintah berupaya melawan corona dengan menerapkan social distancing atau jaga jarak hingga rapid test atau tes massal corona.

Lalu siapa yang sesungguhnya perlu memeriksakan diri ke rumah sakit karena corona? Bagaimana tahapannya? Simak dalam Infografis berikut ini


Infografis

Infografis Siapa yang Perlu Cek Corona ke RS?

1. A di Rumah Sakit, Kemang

Setelah beberapa hari batuk sudah melanda beberapa hari. Imbauan kantor untuk mengecek kesehatan terkait wabah ini akhirnya membuat saya pergi ke rumah sakit di area Kemang. Pikir saya tak masalah cek ke rumah sakit mana pun, toh kalau pun ternyata ada masalah kesehatan lain pasti pihak rumah sakit akan memberi saran.

Di sana saya langsung mendaftar ke poli umum. Dokter pun langsung menanyakan keluhan saya, riwayat perjalanan.

“Jadi dok, di kantor saya ada yang ditetapkan status ODP dan kemudian saya diminta untuk dicek kesehatan. Nah karena saya sedang batuk pilek saya harus memastikan kondisi saya dan istri saya.”

Dengan tenang, dokter pun bertanya apakah teman saya ini kontak dengan dengan orang positif atau riwayat perjalanannya. Setelah menceritakannya, dokter pun tak menolak memeriksa saya.

Stetoskop yang dingin pun menyentuh dada, dia meminta saya untuk menarik dan mengembuskan napas.

“Bersih kok paru-parunya,” kata dokter sambil mengambil tongue depressor dan senter dan mengarahkannya ke mulut saya.

“Oh, ada radang ini. Tidak demam tidak?” tanyanya.

Saya pun menggeleng. Namun karena dahak saat batuk, dokter menganjurkan untuk inhalasi nebulizer. Dengan tenang dia pun menuliskan diagnosisnya, common cold.

“Kalau masih batuk sampai seminggu ke depan, kembali cek ya. kalau ke arah COVID-19 enggak ya. ini kan baru 4 harian,” katanya.

Namun yang cukup menenangkan buat saya adalah ketika si dokter mengatakan bahwa berdekatan dengan ODP (orang dalam pengawasan) ini tak serta merta membuat sakit.

“Kalau pun kamu kontak sama ODP, musti dilihat lagi, ODPnya naik status lagi gak atau keadaanya memburuk tidak? Kalau iya baru km tes COVID.”

Saya pun pulang dengan tenang.

2. B di Rumah Sakit, Kuningan

Ketika semua orang di kantor kebingungan mencari rumah sakit yang tepat untuk cek virus corona, saya akhirnya memutuskan untuk datang ke dokter langganan saya.

Ketika semuanya bingung apakah bisa cek di rumah sakit umum atau harus langsung ke rumah sakit rujukan, saya ogah pusing lagi dengan semua kebingungan yang ada.

Setelah menyampaikan semua ‘kata kunci’ untuk tes kesehatan, di rumah sakit di daerah kuningan, saya diarahkan ke poli umum karena harus cek tensi dan berat badan. Semuanya berjalan seperti cek kesehatan pada umumnya.

Ketika bertemu dengan dokter, saya pun bercerita kembali tentang dugaan ODP di kantor. Hanya saja saya juga bilang kalau saya tak punya gejala, hanya ingin cek risiko.

Dokter pun melakukan pemeriksaan terasuk suhu, detak jantung, perut, dan juga lidah.

Sembari tersenyum dan dengan tenang, dokter pun mengatakan tak ada masalah dengan kesehatan saya, namun saya harus menjaga pola makan.

“Suhu tubuh kamu juga normal tidak ada keluhan lainnya, jadi saya akan beri vitamin saja.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *